Belajar online menjadi suatu tradisi baru bagi masyarakat Indonesia khususnya dan masyarakat dunia pada umumnya. Sistem pembelajarannya sendiri masih mengalami penyesuaian, mengingat teknologi serta infrastrukturnya masih belum sepenuhnya memadahi.
Sudah hampir 2 tahun Indonesia memutuskan untuk mengadakan pertemuan tatap muka melalui daring pada berbagai tingkatan. Mulai dari tingkat paling rendah yaitu sekolah dasar hingga tingkat paling tinggi, perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta.
Revolusi sistem pembelajaran ini memberikan dampak positif maupun dampak negatif, namun inovasi ini menunjukkan adanya tren dan cara belajar baru yang lebih baik di masa depan. Tentu saja agar program ini bisa berjalan secara optimal, perlu senantiasa ditingkatkan.
Pengertian Belajar Online
Seperti namanya, yaitu proses pembelajaran memanfaatkan jaringan internet dan digital untuk menyampaikan materi serta menerima materi. Siswa serta guru tidak harus bertatap muka secara langsung dalam satu ruangan yang sama.
Dengan menggunakan teknologi, proses pembelajaran berbasis daring ini memungkinkan guru dan siswa bisa melaksanakan pembelajaran tanpa harus berada dalam satu ruangan. Mereka fleksibel memilih tempat yang dianggap nyaman dalam menunjang pembelajaran.
Model belajar seperti ini sebenarnya sudah berkembang sejak lama, bahkan mulai populer sejak internet dikenalkan. Sekitar tahun 2000 sudah banyak lembaga swasta menawarkan sistem pembelajaran daring, meskipun hanya terbatas, tetapi gagasan ini sudah berkembang.
Hingga tahun 2019, keadaan memaksa seluruh komponen masyarakat mulai beradaptasi dengan kehidupan berbasis daring dalam segala aspek, mulai dari belajar, bekerja, serta mengembangkan berbagai karya. Sebuah perubahan mendadak serta tidak terduga.
Tetapi revolusi ini bisa berjalan dengan baik karena masyarakat sudah terbiasa menggunakan teknologi untuk berkomunikasi. Meskipun dalam praktiknya mengajar online atau menyampaikan materi dari jarak jauh terasa sangat berbeda dibandingkan tatap muka langsung.
Begitu juga dengan siswanya, menerima pembelajaran dari jarak jauh masih kurang menarik, beberapa memerlukan pembimbingan langsung agar mampu mencerna penjelasan dari guru. Namun seiring dengan adaptasi dan perjalanan, kendala ini mulai berkurang. Meskipun ada wacana hendak melangsungkan pembelajaran langsung kembali, tetapi sistem daring ini akan terus berkembang. Berkembangnya berbagai learning management system, platform, serta tingkat belajar mandiri yang semakin tinggi, mendorong percepatannya.
Perbedaan Belajar Online dan Belajar Onsite (tatap muka di kelas)
Secara tujuan tidak ada perbedaan, yaitu membimbing, membentuk, serta membina kemampuan kognisi, emosi, serta keterampilan para siswa. Baik akademis maupun non-akademis, kedua komponen dalam diri siswa tersebut didorong agar berkembang sesuai arah kariernya.
Perbedaan signifikannya terletak pada teknis bagaimana cara belajarnya. Pembelajaran onsite lebih menitik beratkan pada pertemuan langsung antara pengajar dan muridnya. Pengajar memberikan materi, membimbing, serta mengarahkan siswanya agar mendapatkan pengetahuan.
Model terbaru mengubah sistem tersebut dengan menitik beratkan pada peran aktif murid dalam mencari ilmu, di Indonesia kurikulum demikian dikenal dengan sebutan kurikulum K-13. Pengajar berperan sebagai pendamping, bukan lagi satu – satunya sumber pengetahuan.
Pendamping memiliki peranan penting dalam memandu siswa mengembangkan pengetahuannya serta sebagai mentor apabila menemui kesulitan dalam belajarnya. Dengan adanya pertemuan langsung, proses ini bisa berjalan dengan baik, ada kedekatan antara guru-murid.
Sedangkan pembelajaran online menitikberatkan pada proses belajar tidak langsung, tidak mengandalkan pertemuan di kelas, serta tidak harus bertemu langsung. Memanfaatkan teknologi video converence atau online classroom agar bisa melangsungkan pembelajarannya.
Guru mengajar online, bisa melalui video pembelajaran langsung, rekaman, atau melalui penjelasan di media messanger. Meskipun terlihat sederhana tetapi proses ini memerlukan adaptasi yang baik, karena mengajar secara tidak langsung juga memiliki tantangan.
Guru tidak lagi bisa sepenuhnya mengontrol atau mendampingi siswanya, sulit mengetahui sejauh mana progresnya, dan memberikan saran yang tepat bagi siswanya. Begitu juga dengan siswanya, kesulitan apabila ingin mendapatkan penjelasan langsung dari guru. Tetapi pembelajarannya menawarkan fleksibilitas, siswa bisa mengatur sendiri cara, gaya, serta tempat belajarnya. Kenyamanan dalam proses pembelajaran merupakan salah satu komponen wajib agar penerimaan materinya bisa lebih cepat meresap.
Alasan dan Penyebab Mengapa Harus Belajar Online
Perkembangan model belajar yang revolutif ini mulai dipertanyakan kembali keharusannya, mengingat kini mulai muncul wacana pembelajaran tatap muka langsung. Hal tersebut bisa dijawab kembali mengenai mengapa revolusi pembelajaran ini terjadi.
1. Adanya Pandemi Covid-19
Salah satu faktor pendorong terbesar mengapa Indonesia beralih secara besar – besaran ke platform digital adalah adanya penyebaran virus Covid-19 yang semakin cepat. Mulai dari sekolah negeri, swasta, pada berbagai tingkat harus tatap muka daring.
Ini adalah revolusi besar, cepat, serta mendadak, semua pihak mau tidak mau harus beradaptasi pada sistem baru. Tetapi keberhasilan revolusi ini sebenarnya bukan karena adanya Covid, tetapi kesiapan masyarakat dalam mengenal berbagai platform digital.
2. Ketersediaan Media Belajar di Sebagian Besar Orang
Faktor pendorong berikutnya adalah ketersediaan media belajar, disadari atau tidak masing – masing orang sudah mulai terbiasa mengakses berbagai informasi dari internet. Menggunakan berbagai platform untuk belajar serta mengerjakan berbagai soal di sekolahnya.
Hal tersebut membuat sebagian besar orang tidak lagi kaget ketika beralih ke revolusi belajar mengajar online. Namun perlu penyesuaian, karena apabila sebelumnya hanya mengamati pembelajaran digital, sekarang harus masuk ke dalamnya.
3. Dorongan dan Bantuan Pemerintah
Pemerintah juga memiliki peranan penting dalam menyukseskan sistem belajarnya, salah satu hambatan terbesar adalah kemampuan kuota. Memang masyarakat Indonesia sebagian besar sudah menggunakan internet, tetapi kuotanya terbatas, tidak mampu tatap muka melalui video.
4. Memiliki Pengalaman Belajar Mandiri
Komponen paling penting yang membuat revolusi ini bisa berjalan secara baik adalah kebiasaan belajar mandiri pada siswa. Memang masih belum sempurna, tetapi peranan K-13 memiliki pengaruh besar untuk membiarkan siswanya bereksplorasi sendiri menemukan pengetahuan.
Namun peranan pengajar menjadi lebih minim dibanding sebelumnya, sulit mengandalkan guru ketika mendapatkan masalah. Beberapa siswa memilih memanggil guru privat untuk menjembatani. Ini masih menjadi PR, namun secara keseluruhan prosesnya berlangsung apik.
Bukan Karena Covid-19 Belajar Online Berkembang Karena Tuntutan Zaman
Melihat revolusi pembelajaran ke daring secara cepat tetapi masyarakat bisa beradaptasi dengan cepat menunjukkan bahwa sebenarnya masyarakat sudah siap menerima model belajar baru. Meskipun masih dalam tahap adaptasi serta banyak kekurangan.
Pandangan bahwa Covid-19 adalah penyebab perkembangan pembelajaran online kurang tepat, lebih pas bila menyebut Covid-19 merupakan pemicu revolusi belajar di Indonesia. Tanpa adanya peristiwa tersebut, sulit mengadakan revolusi dan perubahan secara cepat.
Beberapa bukti bahwa Indonesia sebenarnya sudah siap adalah adanya banyak sekali lembaga pelatihan, diklat, atau kursus mengandalkan tatap muka secara tidak langsung. Bahkan sebagian perguruan tinggi juga mulai mengandalkan sistem tatap muka tidak langsung.
Memang belum banyak yang menggunakan teknologi serta sistem tersebut, karena keterbatasan alat, sarana prasarana, SDM, serta support dari berbagai pihak. Hanya perguruan atau lembaga yang sudah siap saja, berani nyemplung ke medan baru tersebut.
Tetapi popularitas belajar mengajar online berdasarkan trendnya semakin naik, karena fleksibilitasnya. Dosen tidak harus berada di kantor atau kampus untuk mengajar, begitu juga mahasiswa, sehingga tidak mengganggu berbagai agenda lainnya.
Tren ini akan terus meningkat serta menjadi model cara belajar baru meskipun tanpa hadirnya covid, hanya saja perbedaannya proses perkembangannya tidak secepat sekarang. Sekarang apabila mau melihat ke jendela, ada banyak sekali tawaran belajar online daripada offline.
Cara Belajar Online yang Berkembang di Masyarakat
Perkembangan platform daring semakin masif, banyak teknisi dan ahli IT mulai menunjukkan inovasi model pembelajaran paling efektif. Model tersebut kemudian diadopsi oleh sekolah, lembaga pelatihan, atau lembaga penyedia kursus, beberapa di antaranya adalah:
1. Learning APP
Saat ini banyak pengembang mulai melihat permintaan terhadap aplikasi khusus pembelajaran jarak jauh, mulai dari Google hingga pengembang lainnya. Muncullah berbagai macam platform khusus belajar daring, seperti Moodle, Google meet, Google Classroom, hingga Zoom meeting.
Fitur – fiturnya juga disesuaikan, sehingga bisa mengelola kelas layaknya tatap muka langsung, seperti ada lahan presentasi, ruang diskusi, papan tulis digital, dan berbagai kemudahan lainnya. Kelemahannya satu, harus terhubung ke internet yang memerlukan banyak sekali transfer data.
2. Web Khusus
Selain aplikasi belajar mengajar online, juga mulai banyak berkembang rintisan website khusus pembelajaran. Memanfaatkan learning Management System untuk lebih mengembangkan sistem pembelajaran terstruktur.
Perbedaan dari APP, website ini biasanya menyimpan berbagai video pembelajaran, susunan materi, serta progress belajar. Keunggulannya adalah bisa diakses kapan saja, fleksibel, tidak harus tatap muka langsung, tetapi kelemahannya tidak ada ruang diskusi interaktifnya.
3. Sosial Media
Sosial media juga digunakan sebagai jembatan mengadakan pembelajaran langsung, media seperti Whatsapp atau telegram menjadi pilihan penting dalam berkomunikasi, mengirimkan jawaban, atau membagikan soal. Selain itu ada juga fitur video call atau grup video call (di telegram saja), memungkinkan mengadakan meeting mendadak apabila siswa kesulitan dalam pembelajaran. Kelemahannya terkadang grup tertutup oleh obrolan dari para siswa.
Masalah Umum Ketika Pelaksanaan Belajar Online
Meskipun Indonesia cenderung cepat dalam beradaptasi, tetapi tidak menutup mata bahwa ada kendala, tantangan, serta hambatan ketika pelaksanaannya. Bahkan tidak sedikit siswa atau guru mengeluhkan revolusi sistem ini, beberapa bentuknya adalah:
1. Akses Internet Kurang Merata
Perkembangan pembangunan tidak merata di Indonesia menyebabkan daerah satu maju sedangkan yang lainnya kurang bisa mengikuti. Termasuk internet, daerah jawa saja walaupun sebagai pusat Ibu Kota namun bagian pelosok atau desa, jaringannya masih sangat sulit, apalagi di luar pulau Jawa.
Selain itu harga paketannya juga masih tergolong mahal, untuk mengajar online perlu banyak sekali kuota, terutama ketika melalui videocall. Pemerintah sementara ini memberikan fasilitas internet gratis khusus untuk pembelajaran saja bagi guru dan murid.
2. Banyak Orang Masih Gagap Teknologi
Kendala lainnya adalah masih banyak orang gagap teknologi, tidak semua orang hidup pada zaman perkembangan gadget, sehingga mengoperasikan sistem gadget cenderung rumit bagi mereka. Terutama guru – guru yang sudah sepuh usianya.
Anak muda yang belum mengenal sistem pembelajaran daring juga kurang mampu mengoptimalkannya secara maksimal. Kadang hanya bisa mengandalkan pertemuan langsung, tetapi kurang cakap menggali informasi dari internet secara utuh dan menyeluruh.
3. Perlengkapan Pembelajaran Tergolong Mahal
Kendala mengajar online berikutnya adalah perangkatnya tergolong mahal, permintaan laptop atau ponsel yang tinggi menyebabkan lonjakan kenaikan harga. Apabila membeli dengan spesifikasi biasa, tidak mampu bertahan lama perangkatnya, sehingga harus beli yang lebih mahal. Perlengkapan tambahan seperti pen, tablet, terkadang juga diperlukan, terutama bagi guru agar memudahkan menjelaskan berbagai rumus dan membuat bagan ketika menjelaskan langsung. Tetapi harga perangkatnya juga mahal sekali.
Belajar Online, Hadapi, Hindari, atau Kembangkan?
Meskipun masih menjadi perdebatan dari segi efektifitasnya, muncul pertanyaan bagi perkembangan pendidikan di masa depan. Apakah sistem pembelajarannya harus dihadapi, dihindari, atau bahkan dikembangkan hingga menjadi alternatif yang sempurna?
1. Menjawab dari Sisi Siswa
Siswa di Indonesia masih memiliki warisan budaya dari sistem pembelajaran zaman dahulu, yaitu menekankan hafalan serta menjadikan guru sebagai satu – satunya sumber belajar. Begitu juga orang tua, masih menitikberatkan peran aktif guru dalam membimbing siswa.
Namun ada juga siswa yang memang suka menjelajahi dunia digital, menyelami berbagai situs untuk mengembangkan bakatnya. Berkat kemandirian ini, ia membentuk skill pengembangan dirinya, ia masih membutuhkan bimbingan guru agar skillnya lebih terarah.
Dari segi siswa akan lebih baik bila mengadakan semi pertemuan diselingi dengan pembelajaran daring. Proses demikian akan menekan serta mendorong siswa lebih jauh dalam mengeksplorasi bakat mereka. Apabila kesulitan, tatap muka langsung bisa menjadi penengahnya.
2. Menjawab dari Sisi Guru
Tantangan guru mengajar online memang menjadi salah satu hambatan terbesar ketika ingin melanjutkan sistem pembelajaran tersebut. Tetapi dari sisi guru sendiri sudah banyak yang mulai merasa nyaman dengan sistem pembelajaran baru ini, meskipun sambil beradaptasi.
Tetapi kesulitan dari sisi guru adalah mengikuti perkembangan siswanya, semakin bebas serta mandiri siswanya gurunya akan kewalahan membimbing masing – masing potensi siswanya. Selain itu hambatan pada paradigma juga masih menjadi PR untuk menyukseskan sistem ini. Kendala melanjutkan sistem ini berikutnya adalah guru kurang mampu memahami bagaimana keinginan generasi yang lebih muda. Untuk bisa meneruskan atau mengembangkan sistem daring, guru juga harus memiliki integrasi pengetahuan dengan lapangan karier siswa.
Kesimpulan.
Berdasarkan perkembangan teknologi serta kemandirian siswa dalam melangsungkan pembelajaran, masih belum bisa sepenuhnya mengandalkan belajar daring sebagai alternatif pengganti luring. Beberapa komponen masih belum siap menghadapi revolusi tersebut.
Penyesuaian tidak hanya dari siswa tetapi dari guru serta sarana prasarana, apabila menunggu sarananya lengkap akan membutuhkan beberapa tahun atau satu dekade ke depan. Sehingga beradaptasi sambil meningkatkan SDM adalah langkah paling cepat.
Hambatan utama bukan terletak di mengajar online atau menerima pembelajarannya, tetapi masih pada tataran konsep dan mindset. Murid masih memiliki pemahaman serta ketergantungan tinggi terhadap guru, begitu juga guru masih memiliki pemahaman bahwa ia satu – satunya sumber.
Pelaksanaan seperti menggunakan buku ajar tertentu saja sebagai bahan belajar, menggunakan rumus tertentu saja, serta harus mengutip gagasan dari ilmuwan untuk menunjukkan analisis merupakan contoh penerapan hafalan di berbagai tingkat pendidikan.
Pemahaman pengajar tentang integrasi ilmu dengan kebutuhan pengembangan karier masih kurang, sehingga tidak optimal memotivasi siswa dalam mengembangkan minatnya. Tekanan nilai KKM juga membebani siswa dalam mengoptimalkan potensi bakatnya.
Bayangkan seorang siswa tertarik pada pengembangan robotik dan start up, tetapi harus belajar fisika tentang atom atau gerak parabola, siswa akan sulit memahami keterhubungan materi tersebut.
Apabila siswa tersebut mendapatkan pendampingan lebih dalam di bidang teknologi informasi, jaringan, perangkat keras, serta manajerial, tentu lebih membantu ia mengembangkan kariernya. Sistem ini belum ada, ini menjadi salah satu penghambat besar pengembangan pembelajaran daring. Indonesia memang masih baru mengembangkan pembelajaran berbasis teknologi digital, proses adaptasi masih berjalan. Harapannya mengajar online jadi alternatif model baru yang lebih mengakomodasi siswa mengembangkan kariernya dan perannya di masyarakat.